Hetalia: Axis Powers - Taiwan

Minggu, 20 November 2016

Goodbye, Sir.

Selasa, 15 November 2016. 23:32 WIB

Lihatlah luka ini yang sakitnya abadi. yang terbalut hangatnya bekas pelukmu. aku tak akan lupa, tak akan pernah bisa, tentang apa yang harus memisahkan kita

Pernah saya berharap pada seorang lelaki, sudah saya ceritakan sebelumnya, Muri Tegara.

Tepat tengah malam saya menulis ini, tepat pada malam dimana saya, perasaan saya, pikiran saya, berhenti memiliki seluruhnya tentangnya.

Entah, sudah berapa lama saya berharap. Entah sudah berapa lama saya membiarkan hati saya tertarik dan terulur oleh satu lelaki.

Hati saya tangguh, otak saya kuat, namun sayangnya saya bodoh. Menutup telinga untuk siapa saja yang menyuruh saya berhenti memikirkan segala tentangnya, menutup telinga untuk siapa saja yang menyuruh saya untuk tak lagi berharap padanya.

Pada titik ini saya benar benar berhenti, segala tentangnya, segala rasa penasaran saya padanya, semuanya.

Harapku, semoga ia bahagia dengan pilihannya. Dengan segala kelebihan, dengan segala yang membuatnya kagum.

Saya tahu diri, bahwa bukan saya pilihannya. Bahwa saya terlalu jauh dari ekspektasinya.

Terimakasih karna pernah meninggalkan rasa bahagia, walau sementara.

Kamis, 27 Oktober 2016

Saya Wanita

Saya berhenti.

Berharap pada suatu yang tak pasti.
Bergantung pada suatu yang tak kokoh.

Saya; penikmat kopi dan susu pada pagi hari.

Saya pernah bercerita tentang dia. Lelaki yang itu. Lelaki permen karet itu.

Saya pernah berjanji bahwa saya yang akan segera tak mengenal dia.
Saya yang telah berkata bahwa sebentar lagi saya akan melupakan semuanya.
Saya pula yang mengingkarinya.

Jujur, saya lelah. Lelah dengan kepura-puraan saya untuk lebih tegar dan kuat.
Lelah dengan kepura-puraan bahwa saya sudah lupa tentangnya.
Lelah dengan kepura-puraan bahwa saya merelakan dia untuk pergi.

Bahwa ia yang memang membuat hati saya berdebar sampai detik ini.
Sakit yang saya rasa tak pernah dihimbau olehnya.
Kecewa yang saya rasa tak pernah terlintas di benaknya.

Sungguh, Tuan. Sakit, perih. Sungguh, ia memang pandai menggores luka.

Saya adalah wanita yang merasa bahwa dia lah yang menusuk paling perih.

Bagaimana tidak?

Ketika saya berjuang, ia pergi.
Ketika saya sudah mulai sayang, ia hilang.
Ketika saya mulai lelah dan tak ingin mengejar, ia datang lalu dengan bodohnya saya menjamu.

Ia datang dengan dekapan hangat, cuaca kali itu memang dingin. Ia pulang dengan peluk, saya yang menggigil bisa apa? Menolak? Mustahil.

Saya adalah wanita yang mungkin fakir dekapan. Ketika ia mendekap, saya menerima.

Ini adalah saya, seorang wanita 20 tahun.
Pernah berjuang dan berlari untuk dia namun terabaikan.

Dengan ini saya menyatakan bahwa saya menyerah. Saya berhenti berharap.

Terimakasih.
Dengan segala hormat

LK-

Senin, 01 Agustus 2016

Pecandu Rindu.

Pada senja kali ini...
Ah, senja? Haha, lelucon. Sore ini hujan!

Entah, sudah berapa bulir air yang jatuh pada senja kali ini, yang jelas sangat deras.
Hujanku kali ini tak diiringi air mata, untuk apa air mata? sedang hujan saja sudah membasahi kelopak mataku.

Hahaha, sudah berapa kali aku membuat tulisan iblis seperti ini. Cinta, rindu, hujan, senja, air mata, kamu. Entah kamu yang mana. sudah berapa lelaki yang ku tulis di blog ini? hmm, masa bodoh. perduli setan.

Lelaki kali ini manis, seperti ucapannya dulu ketika baru kenal. Sekarang? Haha, pahit! Kau ini lelaki atau permen karet? Manis di awal, pahit di akhir.

Mungkin, kau tak akan pernah tau seberapa aku terpesona pada tatapmu dan senyummu, tutur katamu dan sikapmu. Yang kau tau, aku hanyalah perempuan receh yang mudah didekati lalu kau kecup. sudah itu saja, tak lebih.

Kamu, lelaki rasa permen karet. sudahlah, lupakan. Kau tak perlu menghindar lagi, karna aku tau caranya melupakanmu secara perlahan. Tak perlu lagi kau seperti tak kenal, karna sebentar lagi aku yang akan tak kenal kau. Sudah cukup rasa dagdigdugder padamu, mungkin sekarang jantungku masih berdegup kencang melihatmu, bahkan hanya namamu. tapi suatu saat nanti, ada masanya jantungku berdetak normal saat melihat kau senyum. Tenanglah, tuan. Semuanya akan berjalan seiring waktu, kau tak usah risau, tak usah risih, karna aku tau diri.

Selamat bahagia, Tuan.
Bahagiamu menyertaiku.

Senin, 1 Agustus 2016

Dengan segala hormat,
Aku, penikmat rindu.
LK

Kamis, 26 Mei 2016

Masih Teruntuk Kau, Rizky Aditya Algiffari.

Tak pernah lagi terdengar suara alunan mu yang dulu sering kau lantunkan. Kemana kau? Sehat kah? Rindu aku kah? Atau mungkin sudah lupa kah? Haha konyol.

tik tok tik tok....

Beberapa lama lagi kau akan seperti ini? Seperti menghilang padahal ada. Seperti tenggelam padahal ada. Aku rindu kau yang dulu.

Kau: Sahabat dunia maya. Rizky Aditya Algiffari.

Sahabat? Apa pantas disebut sahabat? Saling sayang? Tentu! Apa perlu bertatap mata untuk merasakan sayang? Hmm, sepertinya tidak. Kenapa aku percaya? Sepertinya kau meyakinkan. Ceritamu, sedikit tak masuk akal tapi tetap saja aku percaya. Ini aku yang bodoh atau kau yang pandai bermain cerita? Ah! Peduli setan!

Leukimia, penyakit apa itu? Kenapa berani menyerangmu? Punya masalah apa kau dengan Leukimia? Ah, iblis! Penyakit pengganggu hidupmu. Iyakan, Ki?

Masih teruntuk kamu, Rizky Aditya Algiffari.

Aku tak pernah peduli kau mau berbohong ataupun jujur tentang ceritamu 2 tahun lebih itu. Yang jelas, aku tau kau seseorang yang membuatku nyaman.

Sekarang, kau berada di ICU. Ingatlah, Ki. Hidupmu sebentar lagi tak lagi abu abu, sesaat lagi kau akan tau berwarna apa hidupmu, hitamkah atau putih. Yang jelas, Tuhan tau apa yang terbaik untuk kau.

Kalau kau mau pergi, tolonglah beri aku kesempatan untuk menatap mata sayu sendu mu sebentar saja. Pamit lah, Ki kalau memang kau ingin pergi.

Kalau kau ingin di sini, melihat anakmu tumbuh menjadi remaja yang cantik dan tampan, tolong lah bertahan kalahkan leukimia itu. Lihatlah pertumbuhan anakmu.

Tolong, kuat lah melawan. Aku tau kau kuat. Tapi kalau memang kau tak sanggup, sudahlah kau pamit. Aku hanya perlu melihat langsung senyum dan tangismu, di depan mataku. Lalu biar ku peluk tubuh lemahmu itu!

Komplikasi itu memang sialan, meminta paksa tubuhmu. Tapi percayalah, Ki. Bahwa Tuhan tak akan pernah salah memberi keputusan. Kau akan pergi atau kau akan tinggal, itu rahasia Tuhan.

Kau: Sahabat dunia maya, Lekaslah bangkit. Mari bercerita seperti dulu, seperti kau yang tak pernah sakit.



With love -LK-