Hetalia: Axis Powers - Taiwan

Jumat, 04 Desember 2015

Pencipta Resah.

Hai, kamu. Laki-laki bermata sayu berkilau, bersenyum manis penuh bahagia, berambut panjang sederhana. Ingat aku, tidak? Perempuan yang pernah kau dekati, perempuan yang pernah kau beri harapan, lebih tepatnya harapan palsu ^^

Sebulan yang lalu lebih tepatnya, tak sengaja aku mengenal kau, sebulan yang lalu tak sengaja aku menaruh harapan padamu, sebulan yang lalu tak sengaja aku mengidolakan matamu, senyummu, suaramu, ketawamu, segalamu, aku suka! Aku tak pernah mengerti kenapa awal yang manis selalu akan berujung pahit.
Semua hanya unsur ketidak sengajaan yang telah dirancang oleh Tuhan, mempertemukan dua nafas untuk saling mengenal. Sayangnya, Tuhan hanya punya rencana agar kita cukup mengenal saja, tidak lebih. Dan sayangnya pula, aku yang tidak menuruti rencana Tuhan, aku yang berharap bahwa kita bukan saling mengenal saja, aku berharap lebih. Namun kau? Kau ikut rencana Tuhan, hanya cukup mengenal, berteman, memberi harapan, lalu hilang.

Sekarang, aku ada di ujung rasa paling bisu, aku rindu ketika kau ucap "selamat pagi, sayang" pada pagiku yang dingin, pada hariku yang kelabu. Kau datang dengan hangat, layaknya selimut bulu domba. Kau buatku nyaman, kau buatku betah dalam harapanmu yang sebenarnya kosong. Sadarkah kau? Sepertinya tidak. Bagaimana bisa aku tak pernah menyadari bahwa kau begitu ke setiap perempuan yang kau jumpai. Aku terlalu bodoh! Terlalu hanyut dalam matamu itu, terlalu ringkih untuk mengatakan "sudahlah, kau terlalu brengsek! Jangan dekati aku lagi. Kau bukan siapa-siapa" aku terlalu tolol! Aku bodoh! Aku dungu! Aku lemah! Aku lemah pada tatapmu, aku lemah pada kecupmu!

Aku masih tak mengerti mengapa Tuhan mempertemukan aku dan kau kalau hanya untuk membuatku terluka dan membuatmu risih. Aku tak mengerti mengapa Tuhan membiarkan hatimu beku sedang aku terlalu hangat. Aku tak mengerti mengapa Tuhan mengizinkan hatiku untuk memiliki rasa pada hatimu yang semu.

Kini kau hilang, terbawa arus hujan mungkin. Kau adalah pencipta resahku semenjak sebulan yang lalu. Kau adalah pencipta resahku semenjak pertemuan itu. Namun, kau harus ingat. Ada hati yang kau biarkan patah ketika kau mengejar hati yang akan membuat hatimu patah. Terima kasih telah mengisi pagiku selama satu bulan utuh, terima kasih telah mengecup basah bibirku pada Rabu hujan lalu. Kau adalah laluku yang akan ku lupa pada akhirnya.

Kepada kau, P. Terima kasih banyak.

—Lutfi Kuntari–

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah membacanya, happy reading :)